BELUM WAKTUNYA
Karya: Resti Suryani Putri
Kicau burung
menemani langkah kaki Rere menuju Universitas Lampung tempat biasa Rere berbagi
cerita dan canda tawa bersama teman-temanya seusai jam kuliahnya di Universitas
Bandar Lampung.
Siapa yang gak
nyangka cewek usia 20 tahun ini memiliki rasa terpendam dengan salah satu cowok
FKIP Matematika UNILA.
Siapa yang gak kenal sama Rendi
cowok paling cuek seorang guru bimble Matematika dilingkungan rumahnya yang tak
jauh dari asrama Rere.
Terlihat sosok
Rendi dengan Ken sahabat karibnya di sudut mata Rere yang sedang duduk dibawah
pohon beringin tempat biasa Rere menanti teman-temannya.
“Daaaar!” kejut Deden.
Kejutan Deden
tak mengedipkan mata Rere sedikitpun.
Deden mengibas
tangannya dalam pandangan Rere.
“Apaan loh Den?” tanya Rere sembari
senyuman manis primadona komunitas penulis Peace Tall tersebut.
“Nah ini baru teman ku yang paling
manis.” sahut Deden.
“Apaan sich lo itu?”
“Boten nopo-nopo cah ayu.”
“BTW,mana yang lainnya ni?”
Tas merah dan
hampir semuanya merah siapa lagi kalau bukan Nia.
“Hai-hai Rere Deden.” sapa cewek
tomboy itu.
“Eh, kueh tar untuk gue mana?”
“Yeee,, ini untuk Ijal kali,bukan
untuk lo. Ini buat kaya proses fotosintesis tau.”
“Emang Ijal ultah apa yak?” Rere
memotong pembicaraan Deden dan Nia.
“Whahaha,, kaya nya lagi ada yang
kebanyakan cahaya di arah timur ya?
Tapi
ini matahari udah di atas kita tu.”
“Bener banget yak.” sahut Deden.
“Hehehe,, udah dech! Sana panggil
Ijal kita lanjutin cerpen plus komiknya sama dengan
buku kita.”
Teman-teman Rere
dalam komunitas Peace Tall melanjutkan buku mereka kembali. Hingga matahari
mulai menyembunyikan sedikit demi sedikit sinarnya dan tiba saat mereka kembali
untuk melanjutkan aktivitas dirumah untuk beristirahat.
***
Malam disapa dengan kegelisahan hati
Rere yang semakin hari tak tahu mau dibawa kemana perasaan kagum itu.
”Mau
curhat kesiapa ya? Ibu kos lagi gak dirumah,teman-teman kos sibuk semua biasa
malem minggu.” gumam Rere.
Rasa rindu akan
kasih sayang karena anak yang terlahir dari orang tua yang sukses dalam usaha.
Tak merasakan 2 kasih sayang dari = 1 sayang Ibu + 1 sayang ayah. Lebih dari
keindahan yang selalu dirasakan Rere ketika dirinya bisa membahagiakan orang
sekitarnya,mungkin dirinya tak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya tapi
dirinya tahu bahwa Allah SWT sangat menyayanginya. Angan dan harapan akan ada
sosok pria yang dapat mencintainya dengan banyak kekurangan dalam hidupnya.
Terbayang sosok Rendi yang terkadang diam-diam Rere mencari senyuman dari cowok
cuek tersebut. Angan dengan penuh volume impian membawa dirinya tertidur dengan
tingginya mimpi malam itu.
***
Seperti kebanyak cewek kota yang
setiap paginya berolah raga, begitu juga yang biasa dilakukan Rere selepas
shalat subuh. Sepertinya kali ini Rere harus berjalan sendiri karena
teman-temannya sudah mendahuluinya.
Lapangan yang
tak jauh dari tempat kosnya sudah menanti. Seperti biasa Rere ingin membeli
roti rasa keju tempat langganannya dengan gerobak warna biru langit.
Rere duduk ditempat biasa kak Ari
menanti pelangganya.
“Kak,Rere roti yang seperti biasanya
ya kak!” ujar Rere.
“Maaf mbak! saya adiknya mas Ari.”
Rere tertegun
seperti tak asing suara itu,seperti suara yang pernah hadir dalam mimpi-mimpi
indahnya. Rere menengok ke arah suara itu.
“Oh” gumam hati kecil Rere. Rere
terdiam tanpa satu kata karena dihadapannya adalah cowok super cuek FKIP
Matematika itu.
“Assalamualaikum mbak!”
“Oh iya kak,Rere pesan roti keju
satu.”
“Siap mbak. Ada lagi mbak?”
“Panggil Rere saja kak Rendi!”
Rendi
menghiraukan jawaban Rere tanpa menjawabnya dan mengambilkan roti untuk Rere.
“Terimakasih,kak Rendi ini siapanya
kak Ari?”
Cowok cuek itu tertawa kecil.
“Kenapa
kak?” tanya Rere heran.
”kurang lebih 5
menit sebelumnya, tidak lebih dari 10 menit,saya sudah memberi tahu.”
“Hehehe, maaf
kak.”
Rendi menjawab dengan senyum
ramahnya. Rere memaksa senyum manisnya karena roti sedang ribut dalam indra
perasanya.
“Maaf sebelumnya
dik,kenapa adik tau nama saya,dan kelihatannya adik ini bukan orang asing.”
“Saya Rere
kak,saya sering menulis di bawah pohon beringin tempat kakak kuliah.”
Rere asik ngobrol dengan Rendi
dan sambil membantu Rendi berjualan. Satu jam kemudian dagangan itu habis.
Yah siapa yang gak pingin beli
kalau yang jual cute-cute gitu ya. Rere pun izin pulang untuk melanjutkan
kegiatan setiap hari nya untuk menulis kalau tidak ada jam kuliah.
***
Lambayan dedaunan menemani Rendi
dalam perjalanan pulang.
“Udah pulang Ren?” tanya Ari.
“Iya mas.”
“Bertemu siapa tadi? Kok wajahmu
cerah seperti habis disiram gold?”
“Pelanggan mamas.”
“Gendut?”
“Rere namanya,anak UBL.”
“Owh,cewek supel primadona komunitas
penulis.”
“Panjang amat gelarnya mas?”
“Whahaha, Rendi Rendi panjangan juga
gelar kakak ipar mu. Tari,lihat Rendi
pipinya merah gak tu!”
“Iya mas.” jawab istri tercinta Ari.
“Mbak,mas Ari itu kumat bawelnya
itu.”
“Kalau gak bawel mbak mu gak sayang
sama mamas Ren.” ledek Tari.
“Mandi sana! Jangan kasmaran terus
lupa mandi! whahaha,,”
“Ren,anak-anak udah pada nunggu
diruang tengah itu.”
“Iya mbak.”
Rendi bergegas
mandi dan menyiapkan papan tulis kecil miliknya untuk mengajar matematika
anak-anak dibangku sekolah dasar yang mau belajar bersamanya.
Rendi
terlihat gelisah dikamarnya seusai shalat magrib setelah bertanya banyak
tentang Rere dengan teman-teman nya yang mengenal Rere. Rendi mengingat bahwa
kekaguman kepada lawan jenis adalah anugrah terindah dari Allah untuk semua
makhluknya. Rendi mencoba berniat ta’aruf di usia 25 dengan Rere walau baru 1
hari mereka berbicara karena Rendi kagum dengan cewek supel yang dibicarakan
oleh kakaknya itu.
Sebuah media
yang sangat kompleks, berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer yang disatukan dalam bentuk
pena menjadi saksi penulisan surat berisi niat suci itu.
***
Rendi memberanikan
diri menemui Rere.
Latin
Ficus benyaamia L adalah tempat biasa Rere berada disekitar kampusnya.
“Rere.” Seru Rendi.
“Ya kak.”
“Ada titipan untuk Rere.”
“Ya kak,terimakasih.”
Rendi memberikan
senyum yang manis pada Rere dan Rere membalas dengan menundukan
kepala dengan senyuman.
Rendi beranjak
pergi meninggalkan Rere dan teman-temannya yang asik menulis.
“Cieeee” saut Nia
“Ada apa yak?”
“Ada cowok ganteng nemuin Rere.”
“Apaloh Nia sayang? Ijal pacarmu ini
loh!”
Ijal menengok ke
arah cewek tomboy itu.
“Hehehe,, gak apa apa Ijal Nia.”
Nia melotot ke
arah Rere,Rere membalas senyum dan membuat Nia seakan gak pernah bisa marah
sama sahabat tersayangnya itu.
***
Pukul 16.00 WIB.
“Dreet dreeet” ponsel
Rere.
“Dik, kakak kagum dengan Rere,kakak terlahir dari
keluarga yang sederhana sedangkan Rere,kita bagaikan siang dan malam. Kakak
bahagia bisa kenal Rere semoga Rere juga bahagia kenal kakak.
Rendi.” Isi short message service dari Rendi.
Rere tersenyum lebar membaca sms dari Rendi .
Tiba-tiba ada no baru
menghubungi Rere.
“Assalamualikum Rere.”
“Waalaikumsalam,dengan
siapa saya bicara?”
“Ini kak Ari dek.”
“Iya kak,ada apa kak?”
“Rendi sudah kembali
pada Nya seusai Rendi shalat Asar dek.”
Rere terdiam dan mendengar suara tangis perempuan di samping kak Ari.
Hand phone Rere terlepas dari tangannya saat melepas rukuh dari tubuhnya. Rere
terdiam dan mencoba kuat menerima kabar dari Ari dan mengirim pesan singkat
untuk Nia meminta tolong mengantarkan Rere ke pemakaman umum.
***
Nia mengelus elus pundak sahabatnya sepulang
dari pemakaman.
Air mata yang tak pernah terlihat dari wajah primadona Peace Tall dari
UBL.
Mutiara itu tertunduk di pelukan Nia.
“Rere sayang!”
“Em.”
“Udah belum
mutiaranya?”
“Rere kagum dengan
kakak.”
Nia mendorong pundak Rere dengan perlahan dan mengusap mutiara yang tak
boleh keluar dari kantung nya.
“Rere pasti kuat kan?”
tanya Nia sembari tersenyum.
Rere menganggukan kepala perlahan.
“Sekarang ambil wudhu
yuk!”
Rere berdiri perlahan dan berjalan untuk melaksanakan shalat Magrib.
Malam yang begitu
indah dengan beribu bintang. Nia menemani sahabatnya malam ini di kamar kos Rere.
***
Mentari tersenyum menghangatkan setiap orang
dalam perjalanan yang tidak mengendarai mobil di sepanjang jalan.
Pagi ini Rere ditemani Nia. Tiba-tiba Rere melihat
ke anehan dari pandangan salah satu teman Rere pagi ini. Ya,pandangan dari
cowok yang diam-diam mengagumi Rere tanpa sepengetahuan Rere dan Rere tak suka
dengan cara cowok itu memandang. Dia Fiki mahasiswa UBL Ilmu Komputer.
Rere tak menghiraukan pandangan dari Fiki. Rere
dengan santai berjalan didepannya dengan menundukan pandangannya.
“Rere!”
sahut Nia.
Rere tersenyum manis, Nia tak bisa mengucapkan satu
kata pun lagi. Nia saja bisa tertegun melihat senyum manis dari sahabatnya
apalagi cowok sekitar mereka yang mencari perhatian Rere. Tapi Rere tak pernah
merasakan kalau dirinya yang begitu menarik. Rere dan Nia memasuki ruang
semester tiga Teknik Sipil.
***
Seusai
jam kuliah seperti biasa Rere menuju Universitas Lampung dan seperti biasa juga
Nia mendahului nya.
“Rere
tunggu dek!” seru suara yang ada setiap hari minggu pagi.
“Ya
kak,ada apa?”
“Ini
kakak mau memberikan sebuah kotak dilemari dengan tertulis nama mu.” Jawab Ari.
“Iya
kak,terimakasih kak.”
“Sama-sama
dek.” sembari memberikan senyum semangat untuk Rere.
Rere menerima pemberian dari kak Ari dengan
memandang kotak berwarna hitam tersebut.
“Rere
mau ke UNILA atau mau pulang?”
Rere tak mendengar pertanyaan dari kak
Ari,fikirannya melayang terbayang Rendi berada di dekat gerobak warna biru
langit didepan nya.
“Kak
Rendi.” ucap Rere.
Kak Ari tersenyum dengan kaca pandangan yang
sedikit berembun.
“Rere!”
Rere menyadari bahwa dirinya sedikit terbayang oleh
cerita bersama Rendi.
“Iya
kak. Em,Rere boleh kerumah kakak?”
“Ya
tentu dek,ada Istri kakak dirumah.”
“Terimakasih
kak. Rere izin kesana ya kak. Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam.”
Rere menuju rumah kak Ari untuk menemui kak Tari.
***
“Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam.”
“Kak,dengan
istrinya kak Ari.”
“Iya,mas
Ari sudah bilang ke mbak Tari,ini Rere kan?”
Rere tersenyum sambil mengangguk.
“Duduk
dulu dik! Mbak ambilin minum dulu ya.”
“Gak
usah repot-repot mbak!”
“Gak
papa sebentar.” seru Tari sambil berjalanan ke dapur.
Rere melihat photo Rendi bersama kak Ari.
“Rere
benar-benar manis dan begitu ramah wajar kalau.” Tari berhenti bicara seakan
lupa bahwa Rendi sudah tak bersama nya seketika melihat Rere termenung melihat
photo suami tercintanya bersama adik iparnya.
Sekejap Tari tersenyum melihat sedikit senyum dari
bibir primadona komunitas penulis yang sering diceritakan suaminya.
Casino Site: Slots, Jackpots, Roulette | Lucky Club
BalasHapusLucky Club, open 24/7, offers a full luckyclub.live range of casino games including popular slots and table games including blackjack, roulette, poker, baccarat and